MAKALAH
MODEL PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL (CTL)
Guna
memenuhi tugas mata kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika
Dosen
Pengampu: Muhammad Prayito, M.Pd.
Disusun Oleh:
|
|
1.
Indri Setia Rini
|
(11310073)
|
2.
Inni Maftukhah
|
(11310078)
|
3.
Agreta Laxmi M
|
(11310091)
|
Kelas Matematika 3B
|
PROGRAM
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP
PGRI SEMARANG
2012
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi kenikmatan dan kekuatan hingga terselesaikannya
penyusunan makalah ini.
Sholawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah.
Bergema
seiring senada mengalunkan kata hati yang senantiasa mengungkapkan getaran
jiwa, penyusun dengan penuh kesadaran diri bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan dan kesalahan, hal ini dikarenanakan keterbatasan
kemampuan dan kedangkalan ilmu yang penyusun miliki. Dalam kesempatan ini
penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak yang turut membantu
terselesaikannya makalah ini.
1. Ayah
dan Bunda, yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materil kepada
penyusun guna terselesaikannya penyusunan makalah ini.
2. Bapak
Muhammad Prayito, S.Pd., M.pd., selaku dosen IPM yang dengan penuh kesabaran
membimbing penyusun dalam menyusun makalah ini.
3. Teman
– teman seperjuangan kelas 3B Matematika angkatan 2011/2012 yang senantiasa
saling menyemangati dan memotivasi hingga terselesaikannya makalah ini.
4. Pembaca,
semoga makalah ini sedikit membantu dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dikemudian hari.
Tiada
yang sempurna di dunia ini karena kesempurnaan itu hanyalah milik Yang Maha
Esa, begitu juga dengan penyusun dalam menyusun makalah ini. Kritki dan saran
selalu diharapkan guna perbaikan dalam penyusunan makalah ini di masa
mendatang.
Semarang,
September 2012
penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ........................................................................................................ i
Kata
pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar
Isi .............................................................................................................. iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ....................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C.
Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Definisi Pembelajaran Kontekstual
........................................................ 3
B. Strategi Pembelajaran Kontekstual
........................................................ 4
C. Komponen Pembelajaran Kontekstual ................................................... 5
D.
Perbedaan Pendekatan
Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional....
7
E.
kelebihan dan kelemahan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL 8
F. Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual (CTL) ke
dalam Materi Matematika 10
G. Langkah-langkah pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 11
H. peran guru dan siswa dalam CTL .......................................................... 15
BAB
III PENUTUP
A.
Simpulan ................................................................................................ 17
B.
Saran ...................................................................................................... 18
DAFTAR
PUSTAKA .......................................................................................... 19
Lampiran
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dunia pendidikan kita saat ini ditandai
oleh proses belejar mengajar yang menekan pada pencapaian academik standar dan
performence standar. Faktanya, banyak peserta didik mampu menyajikan tingkat
hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, namun pada
kenyataannya mereka tidak memahaminya. Sebagian besar dari peserta didik tidak
mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana
pengetahuan tersebut akan dipergunakan/ dimanfaatkan. Peserta didik memiliki
kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan
yaitu dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. Padahal
mereka butuh untuk dapat memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan tempat
kerja dan masyarakat pada umumnya di mana mereka akan hidup dan bekerja. Hal
ini terjadi karena pembelajaran selama ini hanyalah suatu proses pengondisian-
pengondisian yang tidak menyentuh realitasi, selain itu sejauh ini pembelajaran
juga masih di dominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai fakta untuk
dihafal. Pembelajaran tidak hanya difokuskan pada pemberian pembekalan
kemampuan pengetahuan yang bersifat teoristis saja, akan tetapi bagaimana agar
pengalaman belajar yang dimiliki siswa itu senantiasa terkait dengan
permaslahan- permasalahan actual yang terjadi dilingkungannya.
Berangkat dari latar belakang di atas,
model pembelajaran kontekstual (CTL) perlu dilakukan dalam proses belajar
mengajar karena setiap materi atau topik pembelajaran dalam proses pembelajaran
dilakukan dengan kehidupan nyata. Selain materi yang dipelajari secara langsung
terkait dengan kondisi faktual, juga bisa disiasati dengan pemberian
ilustrasi dan lain sebagainya, yang
memang baik secara langsung maupun tidak diupayakan terkait atau ada hubungan
dengan pengalaman hidup nyata. Dengan demikian, pembelajaran selain akan labih
menarik, juga akan dirasakan sangat dibutuhkan oleh setiap siswa karena apa
yang dipelajari dirasakan langsung manfaatnya. Selain itu siswa juga bisa
mengkaitkan ilmu tersebut dan mengaplikasikannya ke kehidupan nyata.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
definisi pembelajaran kontekstual (CTL)?
2. Bagaimana
strategi pembelajaran kontekstual (CTL)?
3. Apa
komponen pembelajaran kontekstual (CTL)?
4. Apa
perbedaan pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional?
5. Apa kelebihan dan kelemahan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)?
6. Materi pelajaran yang bagaimana yang dalam proses
pembelajaran bisa menggunakan model pembelajaran kontekstual?
7.
Bagaimana langkah-langkah pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL)?
8.
Apa peran guru dan siswa dalam CTL?
C.
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui
definisi pembelajaran kontekstual (CTL).
2. Mengetahui
bagaimana strategi pembelajaran kontekstual.
3. Mengetahui
komponen-komponen pembelajaran kontekstual.
4. Mengetahui
letak perbedaan dari pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional.
5. Mengetahui kelebihan dan kelemahan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
6. Mengetahui materi pelajaran yang pas untuk bisa
diggunakan dalam model pembelajaran kontekstual.
7. Mengetahui langkah-langkah pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
8. Mengetahui peran guru dan siswa dalam CTL.
BAB
II
PEMBAHASAN
MODEL
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
A.
Definisi
Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual atau Contextual
Teaching and Learning merupakan
konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. (Agus Supriijono,2009:79)
Pendekatan
kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
KBK. Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi nyata dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam
kehidupan mereka (Depdiknas, 2002).
Sejauh ini,
ditinjau dari pembelajaran yang diterapkan oleh guru-guru matematika pada
umumnya, tampaknya pembelajaran yang dilaksanakan masih didominasi oleh guru.
Dalam mengajar, guru cenderung untuk menjelaskan materi terlebih dahulu,
diikuti dengan memberikan contoh-contoh soal dan pembahasannya, kemudian
dilanjutkan dengan latihan soal yang tetap dibimbing oleh guru. Dalam
menyampaikan materi pelajaran, guru cenderung mendominasi dengan metode
ceramah. Menurut pengamatan peneliti, model pembelajaran semacam ini cenderung
membuat siswa pasif, enggan untuk mengemukakan ide-idenya, kreativitas
berpikirnya tidak berkembang, mereka cenderung menerima apa yang diberikan oleh
guru dan melaksanakan apa yang diminta oleh gurunya. Dampak pelaksanaan
pembelajaran semacam ini adalah siswa merasa cepat bosan dalam belajar, siswa
sering merasa cemas setiap kali akan mendapat pelajaran matematika, karena
sudah tertanam dalam benaknya bahwa matematika itu sulit.
Dilihat dari
pendekatan mengajar matematika yang digunakan, tampak cara penyampaian materi
oleh guru terlalu abstrak. Dalam menyampaikan materi di kelas, jarang sekali
guru mengaitkan materi yang dibahasnya dengan masalah-masalah atau isu-isu yang
terjadi di sekitar siswa. Dengan demikian, anggapan mereka bahwa matematika
tidak ada manfaatnya seolah-olah benar adanya.
Dengan melihat
berbagai kenyataan yang ada, maka hal ini perlu mencoba untuk mengubah
paradigma pembelajaran yang selama ini didominasi oleh guru ke pembelajaran
yang berpusatkan pada siswa. Perubahan yang dilakukan yaitu dengan melaksanakan
pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual (contextual approach).
Ketika seorang
guru memberikan sebuah materi yang diorientasikan pada pengalaman dan kemampuan
aplikatif yang lebih bersifat praktis, maka hal ini akan membuat siswa lebih
capat memahami materi dengan baik karena siswa akan berfikir secara nyata
dengan kemampuan logika yaitu dengan membayangkan pengaplikasian materi
tersebut ke kehidupan sehari-hari. Demikian juga halnya bagi guru, kemampuan
melaksanakan proses pembelajaran melalui CTL yang baik didasarkan pada
penguasaan konsep apa, mengapa, dan bagaimana CTL itu. Melalui pemahaman
tentang CTL itu, akan membekali kemampuan para guru menerapkan secara lebih
luas model pembelajaran tersebut kedalam proses pembelajarannya agar llebih
luas, tegas, dan penuh keyakinan.
B. Strategi
Pembelajaran Kontekstual
Strategi
pembelajaran kontekstual merupakan kegiatan yang dipilih yang dapat memberikan
fasilitas atau bantuan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Strategi berupa urut-urutan kegiatan yang dipilih untuk menyampaikan metode
pembelajaran dalam lingkungan tertentu. Strategi pembelajaran mencakup juga
pengaturan materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik (Agus
Suprijono, 2009: 83).
Berdasarkan Center for Occupational Research and
Development (CORD) penerapan strategi pembelajaran kontekstual digambarkan
sebagai berikut:
1.
Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata. Konteks
merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu peserta didik agar
yang dipelajari bermakna.
2.
Experiencing, belajar adalah kegiatan “mengalami”, peserta didik
berproses secara aktif dengan hal yang dipelajari dan berupaya melakukan
eksplorasi terhadap hal yang terkaji, berusaha menemukan dan menciptakan hal
baru dari apa yang dipelajari.
3.
Applying, belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang
dimiliki dalam konteks dan pemanfaatannya.
4.
Cooperating, belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif
melalui belajar berkelompok, komunikasi interpersonal atau hubungan intersubjektif.
5.
Transfering, belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan
memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.
C. Komponen
Pembelajaran Kontekstual
1.
Belajar berdasarkan kontruktivisme adalah “mengontruksi” pengetahuan.
Pengetahuan dibangun melalui proses asimilasi dan akomodasi (pengintegrasian
pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan penyesuaian
struktur kognitif dengan informasi baru) maupun dialektika berpikir thesa-antithesa-sinthesa. (Agus
Suprijono,2009:85)
Dalam komponen ini siswa perlu dibiasakan untuk
memecahkan suatu permasalahan, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan
bergelut dengan ide-ide. Jadi dalam proses pembelajaran, siswa membangun
sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibartan aktif dalam proses belajar
mengajar.
2.
Inkuiri
Kata
kunci dari pembelajaran kontekstual adalah “penemuan”. Beajar penemuan menunjuk
pada proses dan hasil belajar. Belajar penemuan melibatkan peserta didik dalam
keseluruhan proses metode keilmuan sebagai langkah-langkah sistematik menemukan
pengetahuan baru atau memferivikasi pengetahuan lama. Dalam investigasi peserta
didik tidak hanya belajar memperoleh informasi, namun juga pemrosesan
informasi. Pemrosesan ini tidak hanya melibatkan kepiawaian peserta didik
berpikir fakta ke konsep, konsep ke fakata, namu juga penerapan teori. Tidak
kalah penting sebagai hasil pemrosesan informasi adalah kemampuan peserta didik
memecahkan masalah dan mengontrnuksikannya ke dalam bentuk lapor atau bentyk
lainnya sebagai bukti tindak produktif peserta didik dari belajar penemuan.
Prosedur inkuiri terdiri dari tahapan yaitu melontarkan permasalahn,
mengumpulkan data eksperimentasi, merumuskan penjelasan, dan menganalisisi
proses inkuiri. (Agus Suprijono,2009:86).
3. Bertanya
Pembelajaran
kontekstual dibangun melalui dialog interaktif melalaui tanya jawab oleh
keseluruhan unsur yang terlibat dalam komunitas belajar. Kegiatan bertanya
sangat penting untuk menggali informasi, mengonfirmasikan apa yang sudah
diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
Bertanya adalah fondasi dari interaksi belajar mengajar. (Agus
Suprijono,2009:87)
4. Mansyarakat belajar
Maksud
dari masyarakat belajar adalah membiaskan siswa untuk melakukan kerja sama dan
memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Konsep learning
community menyarankan agar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari
kerja sama dengan orang lain.
5. Pemodelan
Pemodelan
memusatkan pada arti penting pengetahuan prosedural. Melalui pemodelan peserta
didik dapat meniru terhadap hal yang dimodelkan. Model bisa berupa cara
mengoprasikan sesuatu, contoh karya tulis, melafalkan bahasa dan sebagainya.
(Agus Suprijono,2009:89)
6. Refleksi
Refleksi
adalah bagian penting dalam pembelajaran kontekstual. Refleksi merupakan upaya
untuk melihat kembali, mengorganisir kembali, menganalisis kembali,
mengklarifikasi kembali, dan mengevaluasi hal-hal yang telah dipelajari.
7.
Penilaian Autentik
Penilaian Autentik adalah upaya mengumpulkan
berbagai data yang bisa memberikan ganbaran perkembangan belajar peserta didik.
Data dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan peserta didik pada saat
melakukan pembelajaran.
D.
Perbedaan
Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional
Membandingkan
pola pembelajaran tradisional dan kontekstual menurut Blanchard:
PENGAJARAN TRADISIONAL
|
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
|
Menyandarkan pada hafalan
|
Menyandarkan pada memori
spasial
|
Berfokus pada satu bidang
|
Mengintegrasikan berbagai
bidang (disiplin) atau multidisplin
|
Nilai informasi bergantung
pada guru
|
Nilai informasi
berdasarkan kebutuhan peserta didik
|
Memberikan informasi
kepada peserta didik sampai pada saatnya dibutuhkan
|
Menghubungkan informasi
baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik
|
Penilaian hanya untuk
akademik formal berupa ujian
|
Penilaian autentik melalui
penerapan praktis pemecahan problem nyata
|
E.
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL)
Adapun beberapa kelebihan dari
pembelajaran Kontekstual adalah:
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna
dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting,
sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata,
bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi
materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan
mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL
menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
3. Kontekstual adalah model
pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik
maupun mental.
4. Kelas dalam pembelajaran Kontekstual
bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat
untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan.
5. Materi pelajaran dapat ditemukan
sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian dari guru.
6. Penerapan pembelajaran Kontekstual
dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna.
Sedangkan kelemahan dari
pembelajaran Kontekstual adalah sebagai berikut:
1.
Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran
Kontekstual berlangsung.
2.
Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat
menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif.
3.
Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode
CTL, guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai
individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi
oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan
demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa” yang memaksa
kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar
sesuai dengan tahap perkembangannya.
4.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar menyadari dan dengan sadar
menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks
ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa
agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
F.
Penerapan
Model Pembelajaran Kontekstual (CTL) ke dalam Materi Matematika
Berdasarkan definisi dari
model pembelajaran kontekstual yang dikemukakan oleh Agus Suprijono dalam
bukunya Cooperative Learning
menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran autentik (real world learning, bukan artifisial).
Pembelajaran autentik dimaksudkan sebagai pembelajaran yang mengutamakan
pengalaman nyata, pengetahuan bermakna dalam kehidupan, dekat dengan kehidupan
nyata. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran penerapan model pembelajaran
ini sangatlah penting guna mecapai sebuah tujuan pemebelajaran yang diharapkan.
Selain itu, dalam prosesnya pemilihan materi belajar untuk disampaikan
menggunakan model kontekstual tersebut sangatlah penting. Karena tidak semua
materi belajar baik menggunakan model ini dalam penyampaiannya kepada peserta
didik. Melihat dari definisi pembelajaran kontekstual diatas, maka pemilihan
materi yang baik untuk disampaikan kepada peserta didik dengan menggunakan
model kontekstual yaitu materi yang bisa dipikirkan peserta didik dengan
kehidupan nyata, artinya materi tersebut mudah diaplikasikan kekehidupan nyata
sehingga siswa tidak sulit untuk menggambarkannya karena itu semua merupakan
hasil dari pengalamannya. Misalkan materi persegi panjang (bangun datar
sederhana). Materi ini merupakan materi yang tidak asing didalam kehidupan
sehari-hari. Memiliki banyak pemisalan dalam memilih alat peraga dalam materi
ini, misalkan sebuah papan tulis yang ada disekolah, buku, penggaris dan
alat-alat lain yang berbentuk persegi atau persegi panjang. Selain guru mudah
dalam penyampaian meteri ini, terutama
dalam peberian sebuah pemisalan atau alat peraga untuk penyampaiannya
kepada sisiwa, tetapi juga materi tersebut sangat mudah bagi siswa untuk
mengerti.
Dari
penjelasan diatas, bahwa pemilihan materi yang baik untuk menggunakan model
pembelajaran kontekstual yang akan disampaikan sangatlah penting. Karena dalam
aplikasinnya, keduanya saling ada keterikatan satu sama lain, sehingga keduanya
harus saling memenuhi dan berhubungan agar tujuan dari suatu pembelajaran dapat
dilaksanakan dengan baik sesuai harapan yaitu agar siswa lebih cepat dalam
menerima materi belajar sehingga dalam proses pemahan materi tersebut akan
mudah dilakukan oleh siswa. Secara keseluruhan, pemilihan materi yang sesuai
dengan model pembelajaran kontekstual sangat mendukung demi kelancaran proses
belajar mengajar.
G.
Langkah-Langkah Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Tahapan-Tahapan Pembelajaran CTL
Cara mengaplikasikan CTL dalam
proses pembelajaran, di bawah ini disajikan contoh penerapannya. Dalam contoh
tersebut dipaparkan bagaimana guru menerapkan pembelajaran dengan pola
konvensional dan dengan pola CTL. Hal ini dimaksudkan agar dapat memahami
perbedaan penerapan kedua pola pembelajaran tersebut.
Misalkan pada suatu hari guru akan membelajarkan anak
tentang bangun datar sederhana. Kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan
anak untuk memahami jenis-jenis bangun datar sederhana. Untuk mencapai
kompetensi tersebut dirumuskan beberapa indikator hasil belajar:
1.
Siswa dapat menjelaskan pengertian bangun datar sederhana.
2.
Siswa dapar menjelaskan jenis-jenis bangun datar sederhana.
3.
Siswa dapat menjelaskan perbedaan karakteristik antara
bangun persegi panjang dengan bangun jajar genjang.
4.
Siswa dapat menyimpulkan tentang jenis bangun datar
sederhana.
5.
Siswa bisa membuat gambar yang ada kaitannya dengan bangun
datar sederhana.
Perhatikan perbedaan penerapan model
pembelajaran konvensional dan pembelajaran CTL berikut ini:
1.
Pola Pembelajaran Konvensional
Untuk mencapai tujuan kompetensi di
atas, mungkin guru menerapkan strategi pembelajaran sebagai berikut:
a.
Siswa disuruh untuk membaca buku tentang bangun datar
sederhana.
b.
Guru menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan pokok-pokok
materi pelajaran seperti yang terkandung dalam indikator hasil belajar.
c.
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya manakala
ada hal-hal yang dianggap kurang jelas (diskusi).
d.
Guru mengulas pokok-pokok materi pelajaran yang telah
disampaikan dilanjutkan dengan menyimpulkan.
e.
Guru melakukan post-tes evaluasi sebagai upaya untuk
mengecek terhadap pemahaman siswa tentang materi pelajaran yang telah
disampaikan.
f.
Guru menugaskan kepada siswa untuk membuat gambar sederhana
sesuai dengan tema “bangun datar sederhana”.
Dari model pembelajaran seperti yang
telah dijelaskan di atas, maka tampak bahwa proses pembelajaran sepenuhnya ada
pada kendali guru. Siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasi. Pengalaman
belajar siswa terbatas, hanya sekedar mendengarkan. Mungkin terdapat
pengembangan proses berfikir, tetapi proses tersebut sangat terbatas dan
terjadi pada proses berfikir taraf rendah. Melalui pola pembelajaran semacam
itu, maka jelas faktor-faktor psikologis anak tidak berkembang secara utuh, misalnya
mental dan motivasi belajar siswa.
2.
Pola pembelajaran CTL
Untuk mencapai kompetensi yang sama
dengan menggunakan CTL guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti di
bawah ini.
a.
Pendahuluan
1). Guru menjelaskan kompetensi yang
harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi
palajaran yang akan dipelajari.
2). Guru menjelaskan prosedur
pembelajaran CTL:
3). Siswa dibagi ke dalam beberapa
kelompok sesuai dengan jumlah siswa;
4). Tiap kelompok ditugaskan untuk
melakukan observasi; misalnya kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke
perpustakaan, dan kelompok 3 dan 4 melakukan observasi ke laboratorium
komputer;
5). Melalui observasi siswa ditugaskan
untuk mencatat berbagai bangun datar sederhana hal yang ditemukan di ruangan
tersebut tersebut.
6). Guru melakukan Tanya jawab sekitar
tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.
b.
Inti
Di lapangan
1). Siswa melakukan observasi ke ruangan
sesuai dengan pembagian tugas kelompok.
2). Siswa mencatat hal-hal yang mereka
temukan di ruangan sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan
sebelumnya.
Di dalam kelas
1). Siswa mendiskusikan hasil temuan
mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
2). Siswa melaporkan hasil diskusi.
3). Setiap kelompok menjawab setiap
pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain.
c.
Penutup
1). Dengan bantuan guru siswa
menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah bangun datar sederhana sesuai
dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai.
2). Guru menugaskan siswa untuk membuat
gambar tentang pengamatan mereka dengan tema “bangun datar sederhana”.
Apa yang dapat kita tangkap dari
pembelajaran dengan menggunakan CTL? Pada CTL untuk mendapatkan kemampuan
pemahaman konsep, anak mengalami langsung dalam kehidupan nyata di masyarakat.
Kelas bukanlah tempat untuk mencatat atau menerima informasi dari guru, akan
tetapi kelas digunakan untuk saling membelajarkan. Menurut Wina Sanjata
(2006:256) ada beberapa catatan dalam penerapan CTL sebagai suatu strategi
pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1). CTL adalah strategi pembelajaran
yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.
2). CTL memandang bahwa belajar bukan
menghafal, akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata.
3). Kelas dalam pembelajaran CTL bukan
sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk
menguji data hasil temuan mereka di lapangan.
4). Materi pelajaran ditemukan oleh
siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain.
5). CTL dapat diterapkan dalam kurikulum
apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan
CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut
ini.
6). Kembangkan pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya.
7). Laksanakan sejauh mungkin kegiatan
inquiri untuk semua topic.
8). kembangkan sifat ingin tahu siswa
dengan bertanya.
9). Ciptakan masyarakat belajar.
10). Hadirkan model sebagai contoh
pembelajaran.
11). Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
12). Lakukan penilaian yang sebenarnya
dengan berbagai.
H.
Peran Guru dan Siswa dalam CTL
Setiap siswa mempunyai gaya yang
berbeda dalam belajar. Perbedaan yang dimiliki siswa tersebut oleh Bobbi
Deporter (1992) dalam bukunya Wina Sanjaya dinamakan sebagai unsur modalitas
belajar. Menurutnya ada tiga tipe gaya belajar siswa, yaitu tipe visual,
auditorial, dan kinestetis.
Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu
memahami tipe belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya
mengajar terhadap gaya belajar siswa. Dalam proses pembelajaran konvensional,
hal ini sering terlupakan sehingga proses pembelajaran tak ubahnya sebagai
proses pemaksaan kehendak, yang menrut Paulo Freire sebagai system penindasan.
Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan bagi setiap guru manakala menggunakan pendekatan CTL.
1. Siswa dalam pembelajaran kontekstual
dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang
akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang
dimilikinya. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, melainkan organisme
yang sedang berada dalam tahap-tahap perkembangan. Kemampuan belajar akan
sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan
demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau “penguasa” yang
memaksakan kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka bias
belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2. Setiap anak memiliki kecenderungan
untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan. Kegemaran anak adalah
mencoba hal-hal yang dianggap aneh dan baru. Oleh karena itulah belajar bagi
mereka adalah mencoba memecahkan setiap persoalan yang menantang. Dengan
demikian, guru berperan dalam memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting
untuk dipelajari oleh siswa.
3. Belajar bagi siswa adalah proses
mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal
yang sudah diketahui. Dengan demikian, peran guru adalah membantu agar setiap
siswa mampu menemukan keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman
sebelumnya.
4. Belajar bagi anak adalah proses
menyempurnakan skema yang telah ada (asimilasi) atau proses pembentukan skema
baru (akomodasi), dengan demikian tugas guru adalah memfasilitasi (mempermudah)
agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi.
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari berbagai pembahasan mengenai model pembelajaran
kontekstual diatas, kami dapat simpulkan bahwa definisi secara umum mengenai
pembelajaran kontekstual itu sendiri adalah sebuah konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong
peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Terdapat komponen-komponen yang terkandung dalam pembelajaran kontekstual yaitu
kontruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan
penilaian autentik. Kemudian dalam pelaksanaan proses pembelajaran kontekstual
itu sendiri, perlu diperhatikan urut-urutan dalam proses pelaksanaannya antara
lain relating, experiencing, applying, cooperating, dan transfering. Selain
itu, keterampilan dalam pemilihan materi belajar juga sangat penting untuk
dipikirkan, karena hal ini akan menunjang dalam kebermanfaatan proses
pembelajaran menggunakan model kontekstual. Setelah dilaksanakaanya
pemebelajaran dengan model kontekstual, hal ini terlihat dengan tedapat
perbandingan yang menonjol antara pembelajaran dengan model kontekstual dengan
model pembelajaran sebelumnya yaitu dengan pembelajaran tradisional, meliputi
pemahaman materi yang disandarkan pada hafalan dalam pembelajaran tradisional.
Berbeda dengan pembelajaran kontekstual, siswa tidak berpusing-pusing untuk menghafal
materi-materi, tetapi hanya dengan memori spasial yaitu pemahan materi dan
mengingatnya dengan menghubungkannya kehidupan nyata sehingga tidak mudah lupa
karena itu merupakan pengalaman sehari-hari, dan perbandingan-perbandingan yang
menonjol lainnya.
B. Saran
1.
Sudah terlihat bahwa model pembelajaran kontekstual sangat menbantu guru
dalam penyampaian meteri, oleh karena sebagai calon guru hendakknya kita mampu
menerapkan model pembelajaran ini dengan baik agar mampu meningkatakan kualitas
belajar peserta didik.
2.
Khususnya bagi seorang calon guru matematika, sangat penting dalam
menerapkan dan memahami model pembelajaran kontekstual, karena akan membantu
dalam penyampaian meteri dan mengaitkannya dengan kehidupan nyata, sehingga
peserta didik dapat mengetahui kebermanfaatan dari ilmu matematika itu sendiri
di dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Suprijono, Agus.2009.Cooperative Learning.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Siswono,
Tatag Y.E.2002. Penerapan Pembelajaran
Matematika dengan Strategi React untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan
Representasi Matematik Siswa Sekolah Dasar.
I Gusti Putu Sudiarta.2006.Pengembangan dan Implementasi Pembelajaran Matematika Berorientasi Pemecahan Masalah Kontekstual Open-Ended untuk Siswa Sekolah Dasar.
Ni Nyoman Parwati.2006.Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Kontekstual pada Siswa SMP NEGERI 2 SINGARAJA (Paradigma Baru Pembelajaran Matematika Sekolah Berorientasi KBK).
Darhim. Pengaruh Pembelajaran Matematika Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Kelas Awal.
Aprudin.2012.Implementasi Stategi Contextual Teaching and Learning.http://007indien.blogspot.com/2012/06/konsep-pembelajaran-contextual-teaching_26.html(online).14 November 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar